DIABETES MELLITUS
Diabetes
mellitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi
insulin, penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya.
Diagnosa
Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) jika hasil
pemeriksaan gula darah :
- Kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan 200 mg/dl
-
Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl
- Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 pada tes toleransi glukosa.
JENIS DIABETES
I. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
Tipe I ditandai dengan adanya kerusakan sel
beta pankreas yang disebabkan respon aoutoimun dan infeksi virus mumps.
Sehingga produksi hormon insulin tidak ada, yang berakibat terjadi penurunan
transport glukosa ke dalam sel. Tidak adanya transport glukosa ke dalam sel
akan mengakibatkan “starvation cell” yang akan merangsang sekresi hormon
yang memiliki efek anti insulin yaitu glukagon, epinephrin, cortisol dan
somatostatin. Hormon anti insulin dapat meningkatkan glukosa darah dengan
berbagai mekanisme kerjanya masing-masing sehingga menimbulkan hiperglikemia,
adanya benda keton yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik. DM tipe I cenderung
mengalami komplikasi diabetik ketoasidosis bila dipicu adanya infeksi, trauma,
pembedahan dan faktor yang memerlukan energi berlebihan.
II. Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM)
Tipe 2 merupakan tipe yang sering dijumpai
yaitu sekitar 90 % dari jumlah penderita DM. Peningkatan kadar glukosa darah
disebabkan oleh :
- Karena penurunan responsibilitas jaringan terhadap insulin
- Karena destruksi reseptor insulin
- Penurunan sekresi insulin.
Peningkatan kadar glukosa darah karena tidak
terjadi transport glukosa ke dalam sel. Sedangkan proses sintesis lemak dan
sintesis protein masih tetap berjalan, sehingga sering penderita tipe 2
memiliki berat badan berlebihan(obesitas).
DIABETES GESTASIONAL
Diabetes
Gestational adalah jenis DM yang muncul pada saat ibu hamil. Hal ini terjadi
karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan resisten terhadap
insulin. DM ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam kehamilan. Umumnya gula
darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi risiko ibu terkena DM tipe
II akan lebih besar.
DIABETES
SEKUNDER
Merupakan
diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang menyebabkan produksi insulin
terganggu atau meningkatkan kadar gula darah meningkat. Penyakit yang dimaksud
misalnya infeksi berat, radang pankreas, penggunaan kortikosteroid, obat anti
hipertensi.
GEJALA
DIABETES MELLITUS
Pasien
sering tidak menyadari bahwa dirinya mengidap DM. seseorang dicurigai menderita
DM apabila mengalami keluhan dibawah ini:
- Poliuria (banyak kencing)
-
Polydipsia (banyak minum)
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
- Polifagia (banyak makan karena sering lapar)
- Gejala tambahan:
- Penglihatankabur
- penyembuhan luka yang lama
- disfungsi ereksi
- gatal pada kelamin
ALGORITME PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 MENURUT ADA/EASD
Tier 1 : “well validated core therapy”
Intervensi ini merupakan cara yang terbaik dan paling efektif, serta
merupakan strategi terapi yang “cost-effective” untuk mencapai target
glikemik.
Algoritme tier1 ini merupakan pilihan utama terapi pasien diabetes tipe
2.
Langkah pertama : Intervensi pola hidup dan metformin.
Berdasarkan bukti-bukti keuntungan jangka pendek dan jangka panjang bila
berat badan turun dan aktivitas fisik yang ditingkatkan dapat tercapai dan dipertahankan
serta “cost effectiveness” bila berhasil, maka konsensus ini menyatakan
bahwa intervensi pola hidup harus dilaksanakan sebagai langkah pertama
pengobatan pasien diabetes tipe 2 yang baru. Intervensi pola hidup juga untuk
memperbaiki tekanan darah, profil lipid, dan menurunkan berat badan atau setidaknya
mencegah peningkatan beratbadan, harus selalu mendasari pengelolaan pasien
diabetes tipe 2, bahkan bila telah diberi obat-obatan. Untuk pasien yang tidak
obes ataupun berat badan berlebih, modifikasi komposisi diet dan tingkat
aktivitas fisik tetap berperan sebagai pendukung pengobatan.
Langkah kedua : menambah obat kedua
Bila dengan intervensi pola hidup dan metformin dosis maksimal yang dapat
ditolerir target glikemik tidak tercapai atau tidak dapat dipertahankan, sebaiknya
ditambah obat lain setelah 2-3 bulan memulai pengobatan atau setiap saat bila
target A1C tidak tercapai. Bila terdapat kontraindikasi terhadap metformin atau
pasien tidak dapat mentolerir metformin maka perlu diberikan obat lain.
Konsensus menganjurkan penambahan insulin atau sulfonilurea . Yang menentukan
obat mana yang dipilih adalah nilai A1C. Pasien dengan A1C > 8,5% atau
dengan gejala klinik hiperglikemia sebaiknya diberi insulin; dimulai dengan
insulin basal (intermediate-acting atau long –acting). Tetapi banyak juga
pasien DM tipe 2 yang baru masih memberi respons terhadap obat oral.
Langkah ketiga : penyesuaian lebih lajut
Bila intervensi pola hidup, metformin dan sulfonilurea atau insulin
basal tidak menghasilkan target glikemia, maka langkah selanjutnya adalah mengintesifkan
terapi insulin. Intensifikasi terapi insulin biasanya berupa berupa suntikan
“short acting” atau “rapid acting” yang diberikan sebelum makan. Bila suntikan-suntikan
insulin dimulai maka sekretagog insulin harus dihentikan.
Tier 2 : less well-validated therapies
Pada kondisi-kondisi klinik tertentu algoritme tingkatan kedua ini dapat
dipertimbangkan. Secara spesifik bila hipoglikemia sangat ditakuti (misalnya pada
mereka yang melakukan pekerjaan yang berbahaya), maka penambahan exenatide atau
pioglitazone dapat dipertimbangkan. Bila penurunan berat badan merupakan
pertimbangan penting dan A1C mendekati target (<8%),exenatide merupakan
pilihan. Bila inervensi ini tidak efektif dalam mencapai target A1C, atau
pengobatan tersebut tidak dapat ditolerir oleh pasien, maka penambahan dengan sulfonilurea
dapat dipertimbangkan. Alternatif lain adalah bahwa
intervention” dihentikan dan dimulai pemberian insulin basal.
Komentar
Posting Komentar